Bagi sebagian band asal daerah, bisa melakukan rekaman di Ibu Kota adalah sebuah kebanggaan. Namun No Man's Land, band asal Kota Malang telah melangkah lebih jauh. Tak tanggung-tanggung, band bergenre oi ini telah menjajal rekaman dengan label-label besar Eropa.
Tentu saja bukan tanpa alasan bagi band beranggotakan Didit, Catur, Didik dan Ferry ini memilih langkah tersebut. Bagi mereka, genre oi adalah universal. Maka tak salah bila mereka berhasrat memproduksi album di Eropa agar karya itu bisa dinikmati dalam jangkauan lebih luas.
"Karena mindset awal itu, aku punya target. Dari Malang kita mulai move tahun 1996. Setelah itu kita nyetreet ke kota-kota di Indonesia. Mulai Bandung, Jakarta dan lain lain," ujar Didit, vokal sekaligus gitaris band yang terbentuk sejak 1994 ini.
Berawal dari target itulah mereka terus mengembangkan jangkauannya. Tahun 1998 mereka telah dikenal di Malaysia melalui komunikasi surat menyurat yang dilakukan Didit. Tawaran split album bersama band asal Malaysia, Karratz mereka sambut positif. Nama No Man's Land pun makin dikenal lebih luas.
"Album disebar hingga Australia, Singapura Perancis dan tentu Malaysia. Album itu rilis 1998," tuturnya ketika diwawancarai oleh KapanLagi pada Minggu (22/7) malam di kediamannya.
No Man's Land kembali merilis 2 album di akhir era 90-an, yakni GROW UP FROM THE SOCIETY (1998) dan ALL TOGETHER NOW (1999). Namun sayang band ini sempat vakum karena kesibukan Didit untuk untuk fokus pada pekerjaannya. "No Man's Land sempat vakum dikarenakan aku melancong ke luar kota 2001," kenang Didit.
4 tahun berselang, Didit kembali ke Kota Malang dan berkumpul lagi dengan kawan-kawannya. Baru saja kembali eksis di No Man's Land, Didit langsung mendapat tawaran untuk bergabung dalam album kompilasi dari label asal Amerika Serikat. Bukan sembarang kompilasi, album berjudul ANTI DISCO LEAGUE ini memuat lagu-lagu dari band papan atas dunia seperti The Templar atau Retailator.
Tawaran itu disetujui oleh No Man's Land. Lagu berjudul You And Me dipilih untuk disandingkan dengan single-single band legendaris oi dunia.
Capaian tersebut tentu belum membuat para personel No Man's Land puas. Tahun 2008 mereka kembali melakukan rekaman untuk album baru. Langkah lebih tinggi pun mereka incar. Dengan modal progres riwayat No Man's Land serta kualitas musik, Didit menawarkan demo lagunya ke label-label Eropa.
Perlu proses panjang untuk menemukan label yang tepat. Meski banyak label yang menawarkan kerja sama, Didit akhirnya memilih Oi Shop asal Jerman sebagai label baru. Label tersebut dipilih karena bersedia merilis album No Man's Land dalam jangka waktu setahun ke depan. Sebuah tawaran yang tak bisa diberikan oleh label-label lain.
"Akhirnya ada label Jerman yang waiting listnya gak terlalu lama, setahun, yakni Oi Shop. Album resmi rilis 2012, judulnya SCATTERED AROUND BURRIED," jelas Didit.
Di sela-sela menawarkan album SCATTERED AROUND BURRIED ke label-label Eropa, Didit dan kawan-kawan tak berhenti berkarya. Mereka merekam ulang 28 lagu terbaik yang pernah mereka ciptakan sejak 1994. Album berjudul THE BEST OF 1994-2012 NO MAN'S LAND akhirnya mereka rilis pada tahun yang sama, 2012.
Sesuai dengan visi awal, album tersebut bertujuan agar bisa dinikmati oleh kalangan lebih luas. Itu pula yang membuat mereka merilis label lebih besar dari sebelumnya, yakni Aggrobeat dan Oi Oi Music asal Belanda. "Jadi target kami dari kota sendiri, regional, Asia Tenggara, Asia dan kini akhirnya internasional" papar Didit.
Dalam kesepakatan dengan Oi Oi Music, No Man's land berhak mendapat 20% keuntungan dari penjualan album. Namun No Man's Land tak perlu lagi mengurus segala tetek bengek proses produksi album. "Seluruh proses produksi album ditanggung oleh label," cetus Didit
Menurut Didit, Paul Benschop (produser) berani memproduksi album tersebut karena kualitas musik No Man's Land. Paul yakin album itu bisa diterima oleh pasar internasional.
Dalam seluruh lagu yang mereka ciptakan, No Man's Land selalu mempunyai ciri khas, yakni lirik dalam Bahasa Inggris. Itu dilakukan semata-mata agar karya mereka bisa dinikmati oleh seluruh orang di dunia.
"Itu alasanku kenapa lirik No Man's Land selalu Bahasa Inggris. Supaya bisa dinikmati seluruh orang di dunia," jelasnya.
No Man's Land akhirnya resmi meluncurkan album THE BEST OF 1994-2012 pada bulan Juni lalu di Kota Malang. CD baru mereka yang diproduksi di Belanda pun laku keras pada launching tersebut. Sedangkan untuk peluncuran album di Eropa, album THE BEST OF 1994-2012 baru akan dirilis akhir bulan ini.
Written by adb, taken from here.
Tentu saja bukan tanpa alasan bagi band beranggotakan Didit, Catur, Didik dan Ferry ini memilih langkah tersebut. Bagi mereka, genre oi adalah universal. Maka tak salah bila mereka berhasrat memproduksi album di Eropa agar karya itu bisa dinikmati dalam jangkauan lebih luas.
"Karena mindset awal itu, aku punya target. Dari Malang kita mulai move tahun 1996. Setelah itu kita nyetreet ke kota-kota di Indonesia. Mulai Bandung, Jakarta dan lain lain," ujar Didit, vokal sekaligus gitaris band yang terbentuk sejak 1994 ini.
Berawal dari target itulah mereka terus mengembangkan jangkauannya. Tahun 1998 mereka telah dikenal di Malaysia melalui komunikasi surat menyurat yang dilakukan Didit. Tawaran split album bersama band asal Malaysia, Karratz mereka sambut positif. Nama No Man's Land pun makin dikenal lebih luas.
"Album disebar hingga Australia, Singapura Perancis dan tentu Malaysia. Album itu rilis 1998," tuturnya ketika diwawancarai oleh KapanLagi pada Minggu (22/7) malam di kediamannya.
No Man's Land kembali merilis 2 album di akhir era 90-an, yakni GROW UP FROM THE SOCIETY (1998) dan ALL TOGETHER NOW (1999). Namun sayang band ini sempat vakum karena kesibukan Didit untuk untuk fokus pada pekerjaannya. "No Man's Land sempat vakum dikarenakan aku melancong ke luar kota 2001," kenang Didit.
4 tahun berselang, Didit kembali ke Kota Malang dan berkumpul lagi dengan kawan-kawannya. Baru saja kembali eksis di No Man's Land, Didit langsung mendapat tawaran untuk bergabung dalam album kompilasi dari label asal Amerika Serikat. Bukan sembarang kompilasi, album berjudul ANTI DISCO LEAGUE ini memuat lagu-lagu dari band papan atas dunia seperti The Templar atau Retailator.
Tawaran itu disetujui oleh No Man's Land. Lagu berjudul You And Me dipilih untuk disandingkan dengan single-single band legendaris oi dunia.
Capaian tersebut tentu belum membuat para personel No Man's Land puas. Tahun 2008 mereka kembali melakukan rekaman untuk album baru. Langkah lebih tinggi pun mereka incar. Dengan modal progres riwayat No Man's Land serta kualitas musik, Didit menawarkan demo lagunya ke label-label Eropa.
Perlu proses panjang untuk menemukan label yang tepat. Meski banyak label yang menawarkan kerja sama, Didit akhirnya memilih Oi Shop asal Jerman sebagai label baru. Label tersebut dipilih karena bersedia merilis album No Man's Land dalam jangka waktu setahun ke depan. Sebuah tawaran yang tak bisa diberikan oleh label-label lain.
"Akhirnya ada label Jerman yang waiting listnya gak terlalu lama, setahun, yakni Oi Shop. Album resmi rilis 2012, judulnya SCATTERED AROUND BURRIED," jelas Didit.
Di sela-sela menawarkan album SCATTERED AROUND BURRIED ke label-label Eropa, Didit dan kawan-kawan tak berhenti berkarya. Mereka merekam ulang 28 lagu terbaik yang pernah mereka ciptakan sejak 1994. Album berjudul THE BEST OF 1994-2012 NO MAN'S LAND akhirnya mereka rilis pada tahun yang sama, 2012.
Sesuai dengan visi awal, album tersebut bertujuan agar bisa dinikmati oleh kalangan lebih luas. Itu pula yang membuat mereka merilis label lebih besar dari sebelumnya, yakni Aggrobeat dan Oi Oi Music asal Belanda. "Jadi target kami dari kota sendiri, regional, Asia Tenggara, Asia dan kini akhirnya internasional" papar Didit.
Dalam kesepakatan dengan Oi Oi Music, No Man's land berhak mendapat 20% keuntungan dari penjualan album. Namun No Man's Land tak perlu lagi mengurus segala tetek bengek proses produksi album. "Seluruh proses produksi album ditanggung oleh label," cetus Didit
Menurut Didit, Paul Benschop (produser) berani memproduksi album tersebut karena kualitas musik No Man's Land. Paul yakin album itu bisa diterima oleh pasar internasional.
Dalam seluruh lagu yang mereka ciptakan, No Man's Land selalu mempunyai ciri khas, yakni lirik dalam Bahasa Inggris. Itu dilakukan semata-mata agar karya mereka bisa dinikmati oleh seluruh orang di dunia.
"Itu alasanku kenapa lirik No Man's Land selalu Bahasa Inggris. Supaya bisa dinikmati seluruh orang di dunia," jelasnya.
No Man's Land akhirnya resmi meluncurkan album THE BEST OF 1994-2012 pada bulan Juni lalu di Kota Malang. CD baru mereka yang diproduksi di Belanda pun laku keras pada launching tersebut. Sedangkan untuk peluncuran album di Eropa, album THE BEST OF 1994-2012 baru akan dirilis akhir bulan ini.
Written by adb, taken from here.
Comments
Post a Comment